Sabtu, 27 Agustus 2011

TOKO KEBAHAGIAAN


Toko Nenek
Toko nenek terdapat disebuah desa kecil, yang
berada di jalan kecil didesa ini, toko nenek adalah
sebuah toko kelontong, yang sudah dibuka
sangat lama, nenek dari pagi sibuk sampai malam
mengurus tokonya, tetapi dia tetap semangatdan
setiap hari sangat gembira.
Orang-orang yang berada disekitar itu juga sudah
lupasudah berapa lama toko nenek dibuka,
orang-orang disekitar ini dari kecil sudah membeli
permen,odol, sabun, telur membeli sampai
sekarang, sampai mereka juga sudah hampir
menjadi kakek dan nenek. Hari berlalu dengan
cepat, sekarang nenek sudah sangat tua, mata
sudah rabun, kaki dan tangan juga sudah
lamban, berjalan terpincang-pincang, juga sudah
pikun, selalu lupa meletakkan barang.
“Nenek, berapa harga 1 kg gula?”
“Coba saya pikir sebentar, Rp. 5.000, oh ya salah
Rp. 10.000,….bukan.. bukan.. bukan yang benar
adalah Rp. 8.000.”
“Nenek saya mau beli kacang, berapa 1 bungkus?”
“Rp. 250.”
“Nenek,.. mana mungkin kacang demikian
murah?, saya rasa maksud nenek Rp. 1000,
Nenek lupa ya?”
“Ya..ya. benar Rp. 1000.”
“Nenek, engkau salah mengembalikan uang,
seharusnya engkau kembalikan kepada saya Rp.
5000, tetapi engkau kasih ke saya Rp. 55.000, ini
kelebihan.” Setiap hari kejadian seperti ini berulang
kali terjadi, orang-orang yang berada disekitarnya
sangat khawatir kepada nenek, takut dia setiap
hari salah harga dan salah mengembalikan uang
kepada orang sehingga rugi, tetapi nenek dengan
tertawa berkata tidak rugi,.. tidak rugi malahan
untung banyak.
Didesa ada seorang guru yang sudah lama
menjadi teman baik nenek, guru ini sering ketika
keluar rumah berkunjung ke rumah muridnya
sering singgah ke toko nenek, mengobrol
dengannya, dia sangat khawatir toko nenek bisa
bangkrut. Seperti hari ini dia baru duduk 15 menit
dia sudah melihat nenek salah menjual barang,
salah mengembalikan uang, uang Rp. 5000
dianggap Rp. 20.000 dikembalikan kepada orang
lain, kejadian ini bukan hanya satu kali tetapi
sudah 3 -4 kali terjadi.
“Nenek, lebih bagus nenek tidak usah buka toko
lagi, saya lihat keadaan nenek yang demikian
cepat atau lambat akan menjadi bangkrut.” Guru
ini dengan maksud baik menasehati nenek.
“Tidak, saya tidak rugi, malahan untung banyak,
kalau engkau tidak percaya engkau bisa melihat
buku catatan keuangan saya.” Nenek dari lacinya
mengeluarkan sebuah buku yang sudah sangat
kumal dan hitam, pinggiran buku sudah koyak
menyodorkan kepada guru.
Buku catatan apa ini? Guru melihatnya dengan
bingung, dari halaman pertama sampai halaman
terakhir hanya ada huruf 1, ribuan huruf satu
membuat buku ini penuh.
“Saya tidak bisa membacanya, nenek dapatkah
engkau jelaskan kepada saya apa maksudnya?”
“Ha..ha…ha. kalian orang terpelajar hanya bisa
mengajarkan orang membaca, pasti tidak
mengerti maksud saya.” Nenek tertawa sampai
kedua matanya sipit menjadi sebuah garis.
Sambil tertawa dia menjelaskan,”Coba engkau
perhatikan, disini selain ditulis huruf 1 ditengah
ada sebuah garis, apakah engkau sudah
melihatnya?” Benar saja selain huruf 1 ditengah
ada sebuah garis yang sangat panjang, seperti
sebuah aliran sungai, garis ini berada ditengah
sebagai garis pemisah antara bagian atas dan
bagian bawah.
“Coba engkau perhatikan baik-baik, apakah huruf
1 dibagian atas garis lebih banyak atau huruf 1
dibagian bawah nya?” “Apa maksud nenek?” “Ini
adalah buku catatan ciptaan saya, tentu saja
engkau tidak mengerti.” Sambil berkata demikian
nenek menunjuk kepada huruf 1 yang terdapat
didalam catatan.
“Setiap halaman dibuku ini menandakan setiap
hari, huruf 1 menandakan setiap hal yang terjadi,
setiap hari ditoko saya banyak hal yang terjadi,
jika hal yang gembira yang terjadi saya akan
menulis huruf satu dibagian atas buku ini, dan jika
halyang tidak gembira terjadi maka saya akan
menulis dibagian bawah buku ini. Coba engkau
hitung dengan baik, bukankah hal gembira yang
terjadi setiap hari jauh lebih banyak daripada hal
yang tidak gembira yang terjadi? Coba engkau
pikirkan saya membuka toko kecil ini bukankah
saya setiap hari untung sangat banyak?.”
“Oh, rupanya demikian.” Mata guru ini melotot
sangat besar, dia membuka buku catatan ini dari
halaman pertama sampai terakhir,benar saja,
huruf 1 diatas jauh lebih banyak daripada
dibawah, terkadang satu halaman penuh dengan
huruf 1 diatas saja, sedangkan dibawah kosong.
Guru berpikir seharian ini nenek sudah beruntung
sangat.. sangat banyak.
“Saya sangat gembira nenek sudah beruntung
demikian banyak.” Sambil menyodorkan kembali
buku ini kepada nenek guru ini berkata, “Tetapi,
ada yang masih saya tidak mengerti, apakah itu
hal yang gembira dan apakah itu hal yang tidak
gembira?”
“Oh, sebenarnya ini adalah hal yang sederhana,
memang engkau adalah seorang terpelajar yang
hanya bisa membaca, akan saya jelaskan
kepadamu, misalnya, ketika saya salah menjual 1
kg beras yang harganya Rp 8.000, saya jual
hanya dengan Rp. 3000, ketika langganan saya
mengembalikan kepada saya Rp. 5000, ini adalah
hal yang gembira, saya lebih mengembalikan Rp.
15.000 kepada langganan dan langganan
kemudian membayar kembali kepada saya, ini
juga hal yang gembira, ketika langganan saya
membantu saya mengangkat beras, ketika saya
sedang sibuk membantu saya ini dan itu adalah
hal yang gembira, semua kejadian ini saya catat
semua satu persatu.”
“Eh.. ada hal yang tidak menggembirakan,
misalnya ada langganan yang selalu menganggap
sayasudah pikun, membeli barang tidak
membayar, mengatakan mau utang dulu, tapi
lalu tidak membayar. Setiap dia melakukan sekali
saya akan mencatat hal ini juga.”
“Masih ada seseorang ketika saya sibuk dan tidak
memperhatikannya, dia akan mengambil
sebungkus kacang, sebotol coca cola, sebungkus
permen, setiap dia melakukan sekali saya akan
mencatatnya ditempat hal yang tidak gembira,
pasti ada orang seperti itu, kita semua makan nasi
yang sejenis, tetapi yang keluar adalah ratusan
bahkan ribuan jenis orang yang berbeda. Tetapi
masih bagus, kalau dihitung setiap hari masih
banyak hal yang gembira daripada hal yang tidak
gembira, setelah saya hitung, toko saya setiap
hari untung, malahan setiap hari untung makin
lama makin banyak, saya sudah banyak
mengumpulkan kebahagiaan, oleh sebab itu saya
sudah berubah menjadi orang yang paling
bahagia dan gembira didunia ini.”
“Toko yang demikian ini, bagaimana saya bisa
menutupnya!”
Selalu memperhatikan apa yang engkau miliki,
dan mengabaikan apa yang engkau hilang,
dengan demikian engkau dapat hidup lebih
bahagia dan gembira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar