Sabtu, 13 Agustus 2011

Perempuan Yang Di Cintai Suamiku

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang
pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan
lebih menuruti apa mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi
kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian
mengantar
anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia
workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang
kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah
romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2
seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan
berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua,
kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar,
hanya
denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan
anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku
menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai
suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah
sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan
dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi
perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang
menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu
kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat
mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh
kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti
berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap
orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh
cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha
bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan
lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan
mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang
sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario,
setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa
menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering
tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau
termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang
membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS.
Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena
Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara
riangnya,

" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau
makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus
mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu
sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta
yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur
hidupku
yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit
dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih
sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat
dengan
susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat
ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia
lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu
manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol
kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia
datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari
itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka,
hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya
keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password
email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante
Meisha ?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku,
aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku
mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia
ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya.
Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan
rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak
ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu,
aku
sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah
perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa
hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika
cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh
tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2
belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara
alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang
lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.
Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima
bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku
mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan
cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi
kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my
heart.

yours,

Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru
berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
menyayangiku.

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia
mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari
untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari
bajuku,
tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk
mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah
lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk
dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama
pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak
pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang
perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak
mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu
lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu
menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah
dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku
sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario
adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

**********

Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu
masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario, suamiku….

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja
dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu
yang
pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.
Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku
merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku
pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang
hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja
untukku…..

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku
tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa
kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku
?"

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia
bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita
yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,

Rima"

Di surat yang lain,

"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi
sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah
melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh
cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……"

Disurat yang kesekian,

"…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku
tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak,
dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan
selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu
tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk
menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau
sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai
tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena
penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap
berusaha dan menantinya…….."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya…
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah
kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai
motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu.
Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun
kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu,
inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat
keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku
tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,
dia
begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu
menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang
jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku
tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku
sebelum dia tidak lagi bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan
terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di
hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan
email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan
selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah
kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru
menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar….
Inikah
tanda2 aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok
aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil
untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu
dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping
nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah
pergi
meninggalkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar